Sunday 22 November 2015

HATI NURANI Vs HAWA NAFSU



                                                    Sumber gambar : www.lampuislam.org


“ ...hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa bertarung...”  - Tuhan, Bimbo - 
Sepenggal lirik dari grup kawakan Bimbo yang berjudul Tuhan, yang dinyanyikan dengan apik diiringi akustik petikan gitar mampu membuat suasana menjadi syahdu. Lewat sebait lagu, kita dibuat terpesona akan keindahan Islam yang dibalut dengan seni nan indah. Lagu itu pula yang menjadikan Bimbo memperoleh berbagai penghargaan dari berbagai ajang hiburan di tanah air.
Penulis bukanlah pegiat di bidang musik. Penulis hanyalah penikmat seni musik tanah air dengan genre tempo dulu. Beberapa lagu koleksi para seniman musik tempo dulu tersimpan rapi dalam file folder komputer pribadi. Bimbo adalah salah satu grup musik tempo dulu yang sering membawakan lagu bernuansa islami. Salah satu lirik di atas sangat penulis sukai, sebab makna yang terkandung dalam lirik tersebut begitu kuat. Hati nurani yang dimiliki oleh setiap manusia menjadi pusat pengendali apakah seseorang itu menjadi penebar kebaikan atau pendosa. 

Belum lama kasus yang menyeruak di media massa, yakni seorang ibu yang tega menyetrika wajah anak nya lantaran hal yang sepele, baru – baru ini media dihebohkan dengan berita pembunuhan sadis seorang perempuan di sebuah kamar kos. Tersangka dengan kejam membunuh korban dengan cara mencekik menggunakan seutas tali kabel sampai korban meregang nyawa. Selang beberapa hari kemudian, pelaku yang kabur dengan membawa beberapa barang berharga milik korban ini ditangkap di kediamannya daerah Bogor. Pelaku ternyata adalah seorang guru bimbingan belajar yang sudah berkeluarga, dengan mempunyai seorang anak serta istri yang tengah mengandung. Penulis tidak membicarakan ( baca : Ghibah ) tentang aib korban dan pelaku, akan tetapi penulis mencoba mengambil hikmah kejadian ini, agar ke depan tidak terulang lagi kejadian yang serupa. 

Sebuah stasiun televisi mewawancarai pelaku secara ekslusif. Dengan detail, tersangka menjawab berbagai pertanyaan reporter seputar pembunuhan tersebut. Dimulai dari komunikasi via jejaring sosial, kemudian kencan, pembunuhan, sampai penangkapan tersangka di rumahnya. Ketika diwawancarai, sesekali tersangka berbicara sambil sesenggukan menitikkan air mata sebagai tanda penyesalan yang teramat dalam. Sang istri yang tengah mengandung anaknya pun dengan tegar meminta sang suami untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sebuah kisah sepasang insan yang sangat dramatis.  Tetapi apalah dikata, nasi sudah menjadi bubur.

Setiap manusia mempunyai hati dan ruh. Hati dan ruh secara fitrah adalah menuju ke arah kebaikan, kebenaran, dan kedamaian. Sering kita menyebut hati dengan istilah hati nurani. Ruh dan hati selalu bertolak belakang dengan kejelekan, keburukan, kejahatan, kebohongan dan hal – hal negatif lainnya. Ketika kita sering berbuat kejahatan dan keburukan, maka pada dasarnya hati dan ruh kita telah tertutupi oleh hawa nafsu kita. Ketika kita berbuat keburukan, maka hati nurani kita yang paling dalam sering memberontak, menolak dan menentang. Ketika seseorang berbuat kejahatan, maka dia tidak mendengar nasihat hati dan ruh , akan tetapi lebih mengedepankan hawa nafsu. Hal ini terjadi biasanya ketika seseorang dalam keaadaan terpuruk dan tersudut. 

Seseorang yang materialistis, cenderung menjadikan kekayaan dan ketenaran sebagai parameter di dunia. Mereka untuk mendapatkan dunia bisa saja menghalalkan dengan berbagai cara. Korupsi, prostitusi, mencuri, merampok, dan bentuk kejahatan lainnya mereka tempuh agar di dunia ini sukses. Padahal, sebenarnya hati nurani mereka memberontak. Hati nurani mereka sering menyampaikan bahwa apa yang mereka tempuh adalah salah, tetapi semuanya itu tertutupi oleh tipu daya hawa nafsu dunia. Salah satu bentuk berontaknya hati mereka adalah perasaan ketidak tenangan dan kegelisahan dalam hati mereka. Mereka berlindung dibalik keadaan keterpaksaan. Mereka para pendosa berdalih, mencari nafkah yang haram saja susah, apalagi mencari yang halal. Inilah tipu daya hawa nafsu yang selalu dihembuskan setan terhadap mereka yang lemah hatinya. Ketika aib mereka terbuka di media massa dan dibuka ( baca : ditangkap ) oleh aparat, mereka hanya bisa pasrah menangis menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya. 

Dengan berpijak pada uraian di atas, marilah kita tata kembali hati dan ruh kita. Hati adalah filter kehidupan yang paling jujur dalam diri kita. Ketika kita akan berbuat sesuatu, maka tanyakanlah pada hati nurani kita, berkonsuntasilah padanya, serta jadikanlah dia sebagai pendamping kita dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Semoga kita dapat menjadi penebar kebaikan. 
Semoga.

No comments:

Post a Comment