Monday 23 November 2015

Tekad, Ilmu dan Komunitas




JSR Pacitan 2014
Sumber gambar :  scootbirac.wordpress.com

Namanya adalah Andi. Dia lebih terkenal dengan sebutan Andi gembel. Usianya mungkin masih sekitaran 20 tahun, akan tetapi perawakannya menunjukkan usia 30 tahun. Kulitnya legam, rambutnya cepak, serta berbagai aksesoris seperti gelang, kalung, atau cincin menempel ditubuhnya. Di telinga kanan dan kirinya terdapat lubang besar bekas tindikan. Topi pet senantiasa menghiasi kepalanya. Sepintas apabila orang melihatnya, mungkin seperti anak punk atau penikmat musik ber-genre rastafarian, sebuah komunitas musik yang berasal dari negara Brazil. Ditambah beberapa “lukisan” tatto di beberapa bagian tubuhnya, lengkaplah sudah orang – orang menganggapnya sebagai kaum marginal. Rumahnya tepat di pinggir tepian sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia yang membelah padatnya kota Pontianak.

Saya tidak sengaja bertemu dan berkenalan dengannya , ketika saya kehabisan bensin dan mampir di kedai bensinnya. Ya, dia sehari – hari berprofesi sebagai penjual bensin eceran di pinggir jalan Imam Bonjol, Kota pontianak. Profesi ini lebih baik dari pada pekerjaan sebelumnya, yakni sekitaran 2 tahun yang lalu, dia bersama kawan – kawannya masih berprofesi sebagai pengamen jalanan di perempatan KPP Ahmad Yani Pontianak. 

Saya tertarik berkenalan dan menjalin komunikasi dengannya, dikarenakan ternyata dia juga penggemar motor vespa. Di kedainya, setiap hari terparkir Vespa jenis Congo tahun 1963, dengan cat air brush motif rastafarian berwarna merah, kuning dan hijau. Vespa jenis ini sangat langka, dikarenakan memang dahulu sangat terbatas produksi dan pemasarannya di Indonesia. Konon, vespa ini khusus pemberian dari presiden Ir. Soekarno yang diberikan untuk mereka para tentara Indonesia yang berangkat bertugas sebagai pasukan perdamaian di Congo , negara yang sedang berkonflik saat itu di benua Afrika. Vespa ini katanya warisan turun temurun dari kakeknya, kemudian bapaknya, dan sekarang dia yang merawat dan memakainya. Sesekali waktu, kami bertemu dan berkumpul di sekitaran kedainya sembari bertukar pengalaman tentang vespa.

Beberapa waktu yang lalu, ada event Java Scooter Rendezvous ( JSR ) , yakni sebuah event besar komunitas vespa di Indonesia yang pada tahun itu bertempat di Pacitan, Jawa Timur. Acara yang diadakan setiap awal bulan pada akhir tahun ini terselenggara dengan sukses, menghadirkan ribuan pengendara vespa dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan katanya ada yang datang dari luar negeri pula. Saya tidak bisa hadir di acara tersebut, karena bertepatan dengan kepindahan saya ke kalimantan. Daerah asal saya, yakni Solo sebagai jalur selatan akses untuk menuju Kota Pacitan. Sesekali saya melihat mereka melakukan konvoi, berteduh dari hujan, mandi di POM bensin atau istirahat di emperan toko. Rasa persaudaraan dan kepedulian antar sesama peserta JSR sangat kuat, terbukti ketika mereka berpapasan selalu saja mengacungkan tangan kanannya sebagai tanda salam mesin kanan. Atau, ketika ada salah satu dari peserta yang motornya macet, maka dengan segera para peserta lain menghampirinya guna membantu memperbaikinya.

Kembali ke sahabat baru saya tadi, yakni Andi yang saya ceritakan di atas. Ketika saya memperkenalkan diri berasal dari Solo, dengan ekspresi gembira dia menyebut JSR. Ya, ternyata Andi adalah salah satu peserta JSR di Pacitan kemarin. Perjalanan sejauh 1300 KM menggunakan vespa ditempuhnya dengan beberapa kawan sekomunitasnya dari Kalimantan. Selama 3 hari di atas kapal, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat dari Semarang menuju ke Kota Pacitan melalui jalur selatan Jawa yang membutuhkan waktu kurang lebih 2 – 3 hari . Sungguh sangat membutuhkan kemauan dan tekad yang kuat untuk bisa menempuh perjalanan tersebut.
Belajar dari tekad kawan saya tadi, ternyata modal untuk mencapai tujuan yang kita inginkan ( baca : cita – cita ) yang paling fundamental adalah kemauan, ilmu dan komunitas di sekitar kita. Tanpa 3 modal di atas, sangat mustahil apa yang kita citakan dapat tercapai. Harta atau uang bukanlah syarat utama agar kita menjadi sukses. Sudah sangat banyak contoh dari mereka yang sukses berawal dari pribadi yang tak berpunya. 

Andi dengan kemauannya yang kuat melakukan touring ke kota Pacitan, ditambah dengan ilmu tentang dunia vespa yang dia miliki selama ini, sebagai bekal perjalanan jauh apabila terjadi kerusakan pada kendaraannya, serta didukung jaringan komunitas vespa yang luas guna menambah bekalnya untuk melakukan perjalanan panjang. Uang yang dia bawa pun juga pas – pasan, dan keberadaan komunitas sangat membantunya untuk mencukupi kebutuhan bensin, oli, atau makan sehari – hari. 

Banyak hikmah yang saya ambil dari kawan baru saya ini. Bercermin dari tekadnya yang bulat untuk melakukan perjalanan jauh, ilmu yang dia miliki, serta komunitasnya yang solid menjadikan keinginannya bisa tercapai. Bila kita ingin membentuk masa depan yang cerah, maka kita perlu tekad yang kuat, ilmu yang mumpuni, serta kita jalin komunitas sesuai dengan bidang yang kita inginkan. Kalau kita bercita – cita menjadi penulis yang sukses, maka kita perlu tekad kuat yang selalu kita re-charge setiap hari, kemudian juga ilmu harus selalu kita asah, serta agar selalu termotivasi dan semangat dalam mencapai cita – cita, maka bergabung dengan komunitas menjadi hal yang wajib yang harus kita lakukan. Di dalam perjalanannya, akan sangat banyak tantangan yang harus kita hadapi. Disitulah letak tantangan dan perjuangannya. Semua bisa kita mulai dari diri kita sendiri , saat ini juga, sekarang juga. 

Semoga bermanfaat !

3 comments:

  1. Dan saya bersyukur bergabung dengan K3, bertemu dengan rekan2 yang gemar menulis

    ReplyDelete
  2. haha....ayo mas, karya kan abadi, tak lekang dimakan waktu

    ReplyDelete
  3. Paragraf terakhir sampe saya baca ulang, untuk menyemangati lagi diri ini. Thx om!

    ReplyDelete