Sunday 22 November 2015

Idhul Adha di Kampung Halaman kami




sumber gambar :  ruangrekonstruksi.co


Kami begitu rindu suasana ini.

Lebaran Idhul Adha bagi kami adalah momentum yang tepat untuk merangkai kembali kenangan kebersamaan keluarga. Kami rindu suasana ini, dimana kami empat saudara bersama – sama berbagi canda tawa merayakan hari besar ini. Solo adalah kota kuliner, dimana berbagai menu lezat olahan daging kambing dan sapi menjadi menu andalan di kota ini. Ibu mengolah daging kambing menjadi tengkleng, gule atau tongseng. Sedangkan bapak biasanya mengolah daging sapi menjadi rendang, terik, atau bakso. Kami berempat memasak daging menjadi olahan sate khas Solo. Lezat untuk perbaikan gizi keluarga kami. He he he......


Kami begitu rindu suasana ini.

Lebaran bagi kami juga momentum untuk selalu berbagi. Rumah kami tidak jauh dari masjid. Kami tidak perlu jauh – jauh untuk beribadah ke masjid, karena masjid tepat berada di depan rumah kami. Setiap tahun bapak selalu berbagi hewan qurban, berselang – seling antara 1 ekor kambing atau patungan kelompok sapi dengan keluarga yang lain. Maksudnya adalah apabila tahun ini berkurban 1 ekor kambing, maka tahun berikutnya adalah patungan kelompok sapi.  Satu minggu sebelum hari raya, biasanya saya diajak bapak untuk membeli kambing di pasar, atau membeli di penjual musiman yang berada di sepanjang jalan raya kota Solo. Bapak pandai sekali memilih, menawar, mengambil hati pedagang kambing, agar hewan yang kami dapatkan benar-benar berkualitas, murah dan cukup umur. Kami ingat saat bapak membuka cangkem ( cangkem : mulut) kambing, untuk melihat apakah kambing tersebut poel (poel:cukup umur) atau belum. Saya dulu sempat bingung, apa kiranya hubungan antara umur dan cangkem kambing? 

Kami begitu rindu suasana ini. 

Lebaran di kampung halaman memiliki kenangan tersendiri. Suasana kekeluargaan dan keagamaan begitu kental sepanjang bulan Dzulhijah. Memasuki bulan ini, warga sibuk gotong royong membersihkan desa. Warga bahu membahu kerja bakti, terutama di sekitaran masjid demi menyambut hari raya Idhul Adha. Ada yang mendirikan tenda, ada pula yang mengecat masjid supaya masjid terlihat semakin bersih dan cantik. Beberapa warga memasang umbul – umbul dan lampu dengan berbagai bohlam aneka warna guna menambah kemeriahan suasana Idhul Adha. Menjelang hari raya, para sesepuh dan takmir masjid mengadakan pengajian serta rapat pengurus rutin, guna membahas tentang fiqh dan tata cara penyembelihan hewan qurban. Ketika malam takbiran menjelang, kami para pemuda karang taruna membersamai anak – anak atau adik – adik TPA ( taman Pendidikan Al Quran) untuk keliling kampung sambil membawa oncor ( oncor : obor yang terbuat dari bambu dengan bahan bakar minyak tanah ). Kami mengelilingi desa, sembari bertakbir mengagungkan Asma Allah.

Kami begitu rindu suasana ini.

Semua hanyalah kenangan, yang tidak akan kami lupakan. Kami berempat sudah berumah tangga, berpisah dengan orang tua, meninggalkan kampung halaman tercinta. Kakak pertama mengikuti suaminya di Cianjur, Jawa Barat. Sedangkan kakak kedua berdomisili di Klaten, sekitar 1,5 jam dari rumah bapak. Saya sebagai anak nomor tiga berdomisili paling jauh, yakni di Pontianak, Kalimantan Barat. Sedangkan adik kami yang ragil, berdomisili di Jakarta. Kami bisa berkumpul full team ketika hari raya idhul fitri, itupun dengan durasi yang sangat singkat. Kami tidak bisa berkumpul ketika hari raya idul qurban, terkecuali apabila ada keperluan sangat mendesak yang waktunya memang bertepatan dengan hari raya tersebut. Alhamdulilah, orang tua sehat selalu di kampung halaman. Menikmati hari tua dengan berbagai kesibukan di sekitaran masjid. Bapak masih menjadi panitia pemotongan hewan qurban. Kami begitu rindu suasana ini. Bila kite bise seperti ini ?
 Bila kite bise seperti ini ?

No comments:

Post a Comment