Saturday 16 January 2016

Resume : Gathering Marketing Online APMP with Kanada Kurniawan ( batch 2 )



 Gambar. Suasana Kopdar
Tanggal : 16 Januari 2016
Tempat : My Point mini market Bang Isa Anshori, Jl. Ampera Kota Baru, Pontianak

Alhamdulilah, akhirnya terlaksana lagi pertemuan ke-2 kopdar sambil berbagi ilmu tentang Marketing Online

Masih mengambil waktu pada jam pagi, acara ini dimulai pada pukul 06.00 dan berakhir pada pukul 08.00 pagi.

Suasana udara yang sejuk, ditambah secangkir  kopi yang panas, aneka kue yang lezat, infocus yang menarik, serta fasilitas akses wifi internet yang super cepat, seakan – akan menambah semangat pagi ini untuk belajar internet marketing.

Bagi anda yang tidak bisa mengikuti acara ini, tidak ada salahnya untuk membaca resume yang sudah saya tulis pada blog berikut. Silakan simak baik-baik ya, apabila ada pertanyaan, silahkan tulis pada kolom comment di bawahnya. Semoga bermanfaat ....^_^

Pada pertemuan sebelumnya, kita membahas tentang apa itu internet marketing. Artikel nya bisa anda buka lagi pada link berikut

Sebelum melangkah jauh ke depan, masihkah anda bingung tentang perbedaan metode outbound dan inbound ?

Coba perhatikan sebuah ilustrasi berikut, semoga anda makin memahaminya.

Wahyu dan Sabuan merupakan sahabat dekat. Mereka berteman sudah sejak kecil hingga masing – masing sudah berkeluarga. Suatu hari mereka berencana untuk memulai bisnis. Wahyu berencana membuat bisnis X, dan Sabuan membuat bisnis Y. Mereka menggunakan metode marketing yang berbeda satu sama lain.

Singkat cerita, Wahyu mulai membuka lapaknya dengan menyewa sebuah toko yang strategis. Selain itu, dia juga merekrut teman-temannya untuk dijadikan sales marketing. Dia juga mencetak brosur, leaflet, poster dan mengiklankan produknya di koran serta radio terkemuka. Bahkan, dia rela membayar iklan dan aplikasi berbayar di Facebook dengan harapan, seluruh teman yang ada di puluhan grupnya bisa melihat produknya. Di bulan ketiga, pembeli pun mulai ramai berdatangan membeli produknya. Wahyu sangat senang, karena beberapa produknya laku keras.

Akan tetapi, bisnisnya ini memakan biaya yang cukup besar.

Mulai dari menyewa tempat, membuat berbagai brosur, iklan di koran maupun radio, dan lain sebagainya. Tapi selama modal yang dimiliki banyak dan cukup, tidaklah mengapa ber-marketing dengan cara tersebut.

Lain halnya dengan temannya, si Sabuan. Atas saran dari beberapa teman, dia mencoba membuat toko online ( internet marketing ) untuk menjual produknya. Dia belajar membuat web yang menarik, nama web yang gampang diingat, konten yang membuat pelanggan jatuh hati pada produknya, serta belajar bagaimana membuat tulisan yang menarik pada web-nya.

Dia juga belajar bagaimana membangun SEO yang menarik, serta rajin meng-update tentang teknik – teknik bagaimana menjual produk dan menggaet pelanggan melalui internet. Alhasil, dalam waktu 3 bulan, produknya juga laku keras di pasaran. Pembelinya pun tidak hanya dari wilayah lokal, akan tetapi dari luar pulau pun banyak meng-order produknya. Sampai suatu ketika, datang pembeli dari luar negeri yang mengakses web nya dan akhirnya terjadilah transaksi.

Modal yang dikeluarkan untuk marketing pun tidak sebesar metodenya si Wahyu. Sehingga margin keuntungan yang dia dapatkan secara bersih pun juga sangat tinggi.

Singkat cerita (lagi), beberapa tahun kemudian, mereka berdua kembali bertemu.

Mereka masih menggunakan metode yang sama dalam bisnisnya. Wahyu masih berjualan di tempat yang sama, sales yang sama, pelanggan yang sama (lokal), serta teknik marketing yang sama. Pesaing usahanya pun ternyata bermunculan akibat ramainya usaha yang dijalankannya.

Dia mulai berfikir, mungkin suatu saat nanti pelanggannya akan lari ke pesaing yang baru. Dari waktu ke waktu, biaya operasional yang dipakainya juga semakin tinggi dan margin keuntungan bersihnya tidak menunjukkan peningkatan yang signifikan.

Bagaimana dengan kisah si Sabuan?

Walaupun dia hanya memiliki sebuah website untuk produknya, tetapi kualitas Web-nya selalu ditingkatkan. Konten yang bagus selalu dia update, segala informasi yang diinginkan pelanggan selalu dia berikan melalui situs web-nya. Karyawan pun di tambah, produsen produknya pun juga digenjot. Pelanggannya tidak hanya wilayah lokal, tetapi sudah merambah ke seluruh nusantara dan manca negara.

Dari 2 contoh model bisnis di atas, bisa kita ambil kesimpulan bahwa Wahyu memakai sistem Outbound Marketing, sedangkan Sabuan memakai sistem Inbound Marketing.

Loh, Wahyu kan pakai media Facebook? Bukankah itu juga menggunakan internet? Iya, Facebook pun juga termasuk salah satu internet marketing, tetapi cara promosinya masih tergolong tradisional. Cara promosi yang dipakainya dalam kasus ini adalah menggunakan sistem outbound marketing. Misalkan sistem bomb ( status iklan membabi buta ke sejumlah grup sesuai dengan keinginan kita, yakni apabila sekali “enter”, bisa langsung ke ribuan akun) yang sudah terkenal itu. Orang tentu akan risih ketika tiba-tiba di halaman Facebook-nya muncul iklan kita.

Ini merupakan cara lama yang tidak akan bertahan lama mengambil hati konsumen. Semuanya memang menghasilkan laba yang menguntungkan, akan tetapi biasanya Outbound marketing tidak bisa bertahan lama. Berbeda dengan inbound marketing, teknik ini lebih menyasar ke hati pelanggan dan biasanya akan menjadi pelanggan tetap produknya.

Cara gampangnya, dalam outbound marketing, kita yang berjibaku sampai berdarah – darah berusaha menjangkau keluar untuk mencari customer atau pelanggan sebanyak - banyaknya. Entah dengan memasang iklan di radio, koran, bomb sms, door to door, atau yang lainnya. Ini tentunya memakan biaya dan waktu yang sangat besar. Sebaliknya, kalau inbound marketing, para pelangganlah yang akan mencari anda.

Oke, sekarang kita akan masuk ke ranah inbound marketing ya....

Di dalam inbound marketing, kunci utama dalam membangun web bisnis adalah pada konten web anda. Untuk membangun konten yang baik, perlu latihan dan metode yang tepat agar ketika pelanggan membaca web anda, informasi yang dia inginkan tersaji secara detail dan gamblang. Untuk itu, konten harus dibuat sebagus mungkin.

Apabila konten yang kita tulis itu bermanfaat untuk calon pelanggan, maka dengan otomatis ( biasanya ) calon pelanggan akan mencari kita dengan tujuan mendapatkan solusi dari permasalahan yang sedang ia hadapi.

Oh ya, konten itu tidak harus tulisan saja ya.... Selain itu, konten juga bisa berupa : foto, video, kutipan, dialog, e-book, testimoni, demo, bahkan lagu pun bisa anda pasang untuk dijadikan sebuah konten yang menarik.

Ada banyak teknik untuk menulis konten yang baik, diantaranya adalah metode Marketing Funnel.

Ini yang akan kita bahas pada pertemuan kopdar kali ini.

Marketing Funnel merupakan rangkaian tahapan yang dilalui oleh seorang calon pelanggan mulai dari pengenalan produk kita sampai pembelian. Seorang marketing sedianya membimbing calon konsumen untuk melewati tahapan-tahapan dalam marketing funnel. Sehingga, pembeli tidak hanya menikmati produk kita, akan tetapi dia juga bisa menjadi mesin pemasaran yang handal dan gratis..... ^_^

Marketing Funnel diilustrasikan seperti sebuah Funnel ( corong ) yang terdiri dari 5 bagian tahapan. Untuk lebih jelasnya, silahkan perhatikan gambar Funnel berikut : 
Gambar. Ilustrasi marketing Funnel
Keterangan :
1.      Awarness / kepedulian
Kita membuat konten yang berisi informasi produk kita secara mendetail, lengkap seluk beluknya, dengan tujuan agar pembaca mendapat wawasan secara global tentang produk kita. Sehingga meningkatkan reputasi kita terhadap calon pelanggan, dan mereka akan lebih peduli dengan kita.  Mereka sudah mulai SADAR DAN PEDULI akan produk kita.
2.      Consideration
Adalah kondisi dimana market kita sudah mulai MEMPERTIMBANGKAN mengenai produk kita. Dia mencari pembanding dengan penjual lainnya, akan tetapi mereka sudah ada sekitar 75% cenderung membeli produk kita.
3.      Conversion
Tahap inilah, dimana mereka MEMBELI produk kita.
4.   Loyalty
Mereka akan LOYAL terhadap kita, sehingga mereka menjadi pelanggan tetap dan tidak ke lain hati. Mereka tetap berhubungan dengan kita, minimal sekedar mencari informasi tentang produk terbaru atau diskon terkini.
5.   Advocacy
Ini bagian terpenting, yakni para pelanggan menjadi “agen marketing “ kita. Mereka MEREKOMENDASIKAN produk kita kepada orang lain , tanpa harus kita bayar. Kalau istilah bahasa jawa nya adalah “ gethok tular”, mereka melakukan pesan berantai terhadap teman – temannya dari mulut ke mulut.

Contoh mudahnya adalah : Anda ingin berbisnis kopi Lampung dengan internet sebagai pemasarannya.

Pertama, anda membuat informasi yang SANGAT mendetail tentang seluk beluk kopi Lampung. Calon pembeli sudah mulai tertarik, dikarenakan informasi yang anda berikan mengenai kopi Lampung sangat detail, fokus dan membuat dia sangat tertarik.

Secara otomatis, biasanya dia akan menghubungi anda (CATAT NOMOR HP / EMAIL-NYA) sekedar mencari informasi dan bertanya. Berikan informasi yang dia butuhkan dengan detail. Secara berkala, berilah informasi update mengenai kopi Lampung dan harga, baik melaui sms, atau pun email. (Tentang bagaimana memanfaatkan email sebagai senjata pemasaran anda, nanti ke depan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya)

Setelah cukup puas, dia akan mencoba membeli produk anda. Apabila produk anda sesuai dengan yang anda iklankan, maka pembeli akan puas. Tetap jaga hubungan dengan pelanggan anda.

Apabila terjalin dengan baik, maka dia secara tidak langsung akan memasarkan produk anda kepada teman-temannya tentang kopi Lampung anda.

Saya kemudian berfikir, apakah semua bisnis bisa menerapkan marketing funnel ? apakah usaha jenis jasa juga bisa menggunakan metode ini? Saya kira sangat bisa. Tergantung jenis bisnis apa yang paling kita minati

Masih ingat dengan bisnis jualan "Pentol Haji gundul" asal Mojokerto Jawa Timur? Bisa anda bayangkan, jenis usaha yang "dianggap" sederhana, tetapi pelanggannya hampir seluruh Indonesia. Pentol yang tanpa pengawet itu di modifikasi sedemikian rupa, sehingga tetap bisa dikonsumsi walaupun disimpan selama 1 bulan atau lebih. Semua pelanggannya bisa memesan dan mengakses berbagai menu varian rasa yang terbaru di web yang sudah disiapkannya.

Apalagi kalau bisnis seperti warung makan, rental mobil, jualan baju anak, toko elektronik, kelontong, atau yang lainnya sangat memungkinkan untuk diterapkan marketing funnel.

Atau bahkan, mungkin suatu saat kue klepon yang sering kita makan sebagai kudapan di pagi hari itu akan bisa dinikmati di negeri Belanda walaupun proses pembuatannya ada di Indonesia. Bisa jadi... 

Oke, sampai di sini dulu....kita lanjutkan setelah pertemuan kopdar berikutnya.

Salam,

No comments:

Post a Comment