JSR Pacitan 2014
Sumber gambar : scootbirac.wordpress.com
Namanya adalah Andi. Dia lebih
terkenal dengan sebutan Andi gembel. Usianya mungkin masih sekitaran 20 tahun,
akan tetapi perawakannya menunjukkan usia 30 tahun. Kulitnya legam, rambutnya cepak, serta berbagai aksesoris seperti
gelang, kalung, atau cincin menempel ditubuhnya. Di telinga kanan dan kirinya terdapat
lubang besar bekas tindikan. Topi pet
senantiasa menghiasi kepalanya. Sepintas apabila orang melihatnya, mungkin
seperti anak punk atau penikmat musik
ber-genre rastafarian, sebuah
komunitas musik yang berasal dari negara Brazil. Ditambah beberapa “lukisan” tatto
di beberapa bagian tubuhnya, lengkaplah sudah orang – orang menganggapnya sebagai
kaum marginal. Rumahnya tepat di pinggir tepian sungai Kapuas, sungai
terpanjang di Indonesia yang membelah padatnya kota Pontianak.
Saya tidak
sengaja bertemu dan berkenalan dengannya , ketika saya kehabisan bensin dan mampir
di kedai bensinnya. Ya, dia sehari – hari berprofesi sebagai penjual bensin
eceran di pinggir jalan Imam Bonjol, Kota pontianak. Profesi ini lebih baik
dari pada pekerjaan sebelumnya, yakni sekitaran 2 tahun yang lalu, dia bersama
kawan – kawannya masih berprofesi sebagai pengamen jalanan di perempatan KPP
Ahmad Yani Pontianak.
Saya tertarik berkenalan dan
menjalin komunikasi dengannya, dikarenakan ternyata dia juga penggemar motor vespa.
Di kedainya, setiap hari terparkir Vespa jenis Congo tahun 1963, dengan cat air brush motif rastafarian berwarna merah, kuning dan hijau. Vespa jenis ini
sangat langka, dikarenakan memang dahulu sangat terbatas produksi dan
pemasarannya di Indonesia. Konon, vespa ini khusus pemberian dari presiden Ir.
Soekarno yang diberikan untuk mereka para tentara Indonesia yang berangkat
bertugas sebagai pasukan perdamaian di Congo , negara yang sedang berkonflik
saat itu di benua Afrika. Vespa ini katanya warisan turun temurun dari
kakeknya, kemudian bapaknya, dan sekarang dia yang merawat dan memakainya. Sesekali
waktu, kami bertemu dan berkumpul di sekitaran kedainya sembari bertukar
pengalaman tentang vespa.
Beberapa waktu yang lalu, ada
event Java Scooter Rendezvous ( JSR ) , yakni sebuah event besar komunitas
vespa di Indonesia yang pada tahun itu bertempat di Pacitan, Jawa Timur. Acara yang
diadakan setiap awal bulan pada akhir tahun ini terselenggara dengan sukses,
menghadirkan ribuan pengendara vespa dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan
katanya ada yang datang dari luar negeri pula. Saya tidak bisa hadir di acara
tersebut, karena bertepatan dengan kepindahan saya ke kalimantan. Daerah asal
saya, yakni Solo sebagai jalur selatan akses untuk menuju Kota Pacitan. Sesekali
saya melihat mereka melakukan konvoi, berteduh dari hujan, mandi di POM bensin atau
istirahat di emperan toko. Rasa persaudaraan dan kepedulian antar sesama
peserta JSR sangat kuat, terbukti ketika mereka berpapasan selalu saja
mengacungkan tangan kanannya sebagai tanda salam mesin kanan. Atau, ketika ada
salah satu dari peserta yang motornya macet, maka dengan segera para peserta
lain menghampirinya guna membantu memperbaikinya.
Kembali ke sahabat baru saya
tadi, yakni Andi yang saya ceritakan di atas. Ketika saya memperkenalkan diri
berasal dari Solo, dengan ekspresi gembira dia menyebut JSR. Ya, ternyata Andi
adalah salah satu peserta JSR di Pacitan kemarin. Perjalanan sejauh 1300 KM menggunakan
vespa ditempuhnya dengan beberapa kawan sekomunitasnya dari Kalimantan. Selama
3 hari di atas kapal, kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat dari
Semarang menuju ke Kota Pacitan melalui jalur selatan Jawa yang membutuhkan
waktu kurang lebih 2 – 3 hari . Sungguh sangat membutuhkan kemauan dan tekad
yang kuat untuk bisa menempuh perjalanan tersebut.
Belajar dari tekad kawan saya
tadi, ternyata modal untuk mencapai tujuan yang kita inginkan ( baca : cita –
cita ) yang paling fundamental adalah kemauan,
ilmu dan komunitas di sekitar kita. Tanpa 3 modal di atas, sangat mustahil
apa yang kita citakan dapat tercapai. Harta atau uang bukanlah syarat utama
agar kita menjadi sukses. Sudah sangat banyak contoh dari mereka yang sukses
berawal dari pribadi yang tak berpunya.
Andi dengan kemauannya yang kuat
melakukan touring ke kota Pacitan, ditambah
dengan ilmu tentang dunia vespa yang dia miliki selama ini, sebagai bekal
perjalanan jauh apabila terjadi kerusakan pada kendaraannya, serta didukung
jaringan komunitas vespa yang luas guna menambah bekalnya untuk melakukan
perjalanan panjang. Uang yang dia bawa pun juga pas – pasan, dan keberadaan
komunitas sangat membantunya untuk mencukupi kebutuhan bensin, oli, atau makan
sehari – hari.
Banyak hikmah yang saya ambil
dari kawan baru saya ini. Bercermin dari tekadnya yang bulat untuk melakukan
perjalanan jauh, ilmu yang dia miliki, serta komunitasnya yang solid menjadikan
keinginannya bisa tercapai. Bila kita ingin membentuk masa depan yang cerah, maka
kita perlu tekad yang kuat, ilmu yang mumpuni, serta kita jalin komunitas
sesuai dengan bidang yang kita inginkan. Kalau kita bercita – cita menjadi penulis
yang sukses, maka kita perlu tekad kuat yang selalu kita re-charge setiap hari, kemudian juga ilmu harus selalu kita asah,
serta agar selalu termotivasi dan semangat dalam mencapai cita – cita, maka
bergabung dengan komunitas menjadi hal yang wajib yang harus kita lakukan. Di
dalam perjalanannya, akan sangat banyak tantangan yang harus kita hadapi. Disitulah
letak tantangan dan perjuangannya. Semua bisa kita mulai dari diri kita sendiri
, saat ini juga, sekarang juga.
Semoga bermanfaat !
Dan saya bersyukur bergabung dengan K3, bertemu dengan rekan2 yang gemar menulis
ReplyDeletehaha....ayo mas, karya kan abadi, tak lekang dimakan waktu
ReplyDeleteParagraf terakhir sampe saya baca ulang, untuk menyemangati lagi diri ini. Thx om!
ReplyDelete